Massimo Bottura: Food Fighter, Perangi Limbah Makanan

Senin, 20 Mei 2019 - 15:00 WIB
Massimo Bottura: Food Fighter, Perangi Limbah Makanan
Massimo Bottura: Food Fighter, Perangi Limbah Makanan
A A A
MASSIMO Bottura dan istri Lara Gilmore mendirikan organisasi nirlaba Food for Soul untuk memberdayakan masyarakat memerangi limbah makanan melalui inklusi sosial.

Food for Soul didirikan pada tahun 2016 dengan tujuan mendorong organisasi publik, swasta dan nirlaba untuk membuat dan mempertahankan dapur komunitas di seluruh dunia.

Gerakan ini juga melibatkan para profesional dari berbagai bidang, termasuk koki, seniman, perancang, dan pemasok makanan untuk mempromosikan pendekatan alternatif untuk membangun proyek komunitas.

Menurut Business Insider, gerakan ini dimulai saat Expo 2015 di Milan, ketika itu tim Feeding the Planet, Energy for Life meminta Bottura untuk terlibat.

Di “lingkungan yang paling terabaikan di Milan” ini Bottura bekerja dengan tim arsitek, desainer, dan seniman untuk mengubah teater tahun 1930-an yang tidak terpakai lagi dan penuh tikus serta debu menjadi paviliun tempat dia memasak makanan enak bagi mereka yang membutuhkan.

“Kami memproduksi makanan untuk 12 miliar orang, kami tujuh miliar di bumi, dan hampir satu miliar sangat membutuhkan, jadi kami menyia-nyiakan 33% dari makanan yang kami hasilkan. Ini gila. Kita perlu melakukan sesuatu sebagai koki, kita memiliki tanggung jawab besar untuk mengubah dunia,” tuturnya.

Sekarang, yayasan menggunakan gambar Bottura untuk mengumpulkan uang dan membangun refettorios atau dapur komunitas di seluruh dunia.

Hingga saat ini sudah dibuka di Milan, Rio de Janeiro, London, dan Paris. Dia pun menerima respons positif. Bahkan, untuk menjadi sukarelawan di London atau Paris, ada daftar tunggunya.

“Dalam hidup saya, saya telah menerima setiap penghargaan, pengakuan, uang, apa pun, dan pada satu titik dalam hidup Anda, Anda harus bertanya pada diri sendiri, apa yang harus saya lakukan untuk mengembalikan sesuatu.

Orang-orang yang memilih untuk melakukan pekerjaan yang saya lakukan biasanya adalah orang-orang yang terbuka untuk memberi, bukan untuk menerima.

Kami memberikan kebahagiaan, kami mentransfer perasaan semacam itu melalui makanan kami,” sebutnya. Seperti diketahui, sepertiga dari makanan yang kita hasilkan dibuang sementara lebih dari 800 juta orang kekurangan gizi.

Pemborosan makanan dan kerawanan pangan dinilai sebagai dua wajah dari masalah yang sama. “Melalui proyek-proyek kami, kami bertujuan memberdayakan masyarakat untuk memerangi limbah makanan melalui inklusi sosial.

Kami mengembangkan kemitraan dengan berbagai organisasi, mendukung mereka dengan pengembangan kapasitas, dan bekerja bersama untuk membuka dan mengelola proyek di seluruh dunia.

Setiap proyek berbeda dan dibentuk berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat, dikembangkan untuk berkelanjutan dalam jangka panjang, dan swasembada.

Masing-masing dari mereka juga bertujuan menciptakan ruang komunitas yang menginspirasi dan bersemangat yang terbuka untuk semua. Melalui dapur komunitas kami, kami ingin merayakan nilai serta potensi dari apa yang ditinggalkan, diabaikan dan dibuang,” sebutnya. (Susi Susanti)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6255 seconds (0.1#10.140)